π™Žπ™šπ™π™šπ™—π™–π™© 𝙐𝙒𝙖𝙧 𝙠𝙖𝙝 𝙄𝙒𝙖𝙣 π™†π™žπ™©π™–?

π™Žπ™šπ™π™šπ™—π™–π™© 𝙐𝙒𝙖𝙧 𝙠𝙖𝙝 𝙄𝙒𝙖𝙣 π™†π™žπ™©π™–? Ijinkan saya berimajinasi. Andaikan saja Umar bin Khattab radhiallahu anhu hadir saat ini, bisa jadi perasaannya campur aduk: geram, kecewa, juga sedih. Bayangkan. Begitu banyak pesan datang soal corona. Isinya seakan membenturkan agama dan sains. Sholeh dan tidak Sholeh. Beriman dan tidak beriman. Simak beberapa di antaranya: "Ayooo ramaikan masjid. Virus Corona itu tentara Allah. Dengan ke masjid dia akan tunduk." "Mati itu urusan Allah. Buat apa kita sholat di rumah. Justru harus ke masjid." "Mengapa kita takut kepada virus Corona. Harusnya lebih takut kepada Allah. Ga perlu kita di rumah terus." "Dengan wudhu dan doa kita akan terhindar dari corona." "Kalau sudah takdir ya takdir aja kita mati. Ga usah lebay soal Corona." Saya teringat kisah Umar bin Khattab radhiallahu anhu pada 18 H. Saat itu, Umar radhiallahu anhu melakukan perjalanan dari Madinah menuju Syam. Di perbatasan masuk wilayah Syam rombongan berhenti. Abu Ubaidah bin Al Jarrah radhiallahu anhu, Gubernur Syam ketika itu datang ke perbatasan untuk menjemput dan menyambut rombongan Khalifah. Kala itu, Syam tengah tertimpa wabah tha'un, sebuah penyakit menular. Benjolan muncul di seluruh tubuh yang akhirnya pecah dan mengakibatkan pendarahan. Umar bermusyawarah dan meminta saran kepada sahabat muhajirin, anshar, dan orang-orang yang ikut dalam peristiwa Fathu Makkah. Apakah akan melanjutkan perjalanan masuk ke Syam atau kembali ke Madinah? Perbedaan pendapat terjadi. Abu Ubaidah radhiallahu anhu menginginkan agar mereka masuk ke Syam. "Mengapa engkau lari dari takdir Allah Subhanahu Wataala? " Tanya Abu Ubaidah kepada Umar. Lalu Umar radhiallahu anhu menyanggahnya dan mengatakan,"Jika kamu punya kambing dan ada dua lahan yang subur dan yang kering, kemana akan engkau arahkan kambingmu? Jika ke lahan kering itu adalah takdir Allah, dan jika ke lahan subur itu juga takdir Allah. Sesungguhnya dengan kami pulang, kami hanya berpindah dari takdir yang satu ke takdir yang lain." Akhirnya perbedaan itu berakhir ketika Abdurrahman bin Auf radhiallahu anhu mengucapkan hadist Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam.. "Jika kalian mendengar wabah melanda suatu negeri. Maka, jangan kalian memasukinya. Dan jika kalian berada di daerah itu janganlah kalian keluar untuk lari darinya." (HR. Bukhari & Muslim) Akhirnya, Umar dan rombongan kembali ke Madinah. Sementara itu, Abu Ubaidah radhiallahu anhu ,tetap ingin hidup bersama rakyatnya dan mati bersama rakyatnya. Sampai akhirnya Abu Ubaidah, Muadz bin Jabal, Suhail bin Amr, dan sahabat-sahabat mulia lainnya radiyallahuanhum wafat karena wabah tersebut.Total sekitar 20 ribu orang meninggal dunia. Hampir separuh penduduk Syam ketika itu. . Umar, sosok yang keimanannya tak perlu diragukan lagi, memilih untuk tidak masuk ke Syam. Padahal, dengan bekal keimanannya, beliau orang yang paling pantas berkata: "Saya tak takut masuk Syam. Wabah Tha'un itu ciptaan Allah. Kalau sudah takdir ya pasti juga akan mati. Karena itu saya tetap akan masuk Syam." Tapi nyatanya Umar radhiallahu anhu tak melakukan itu. Beliau justru membuat analogi cerdas saat berdialog dengan Abu Ubaidah radhiallahu anhu . Dan di ujung kalimatnya, terucap kata-kata indah: "Sesungguhnya dengan kami pulang, kami hanya berpindah dari takdir yang satu ke takdir yang lain." . Plisss...iman kita belum sekuat Umar radhiallahu anhu.Namun, sikap dan perilaku kita terlihat melebihi keimanan Umar radhiallahu anhu Menantang virus dan yakin akan mengatasinya. Sudah sekhusyuk Umarkah saat kita sholat? Sudah serajin Umarkah kita sholat berjamaah di masjid? Sudah sedekat Umarkah kita dengan Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam? Sudah sekuat Umarkah iman kita? Bukankah Umar radhiallahu anhu yang sedemikian kuat imannya saja masih berikhtiar menghindari takdir. Lalu kita yang keimanannya tak ada seujung kuku, begitu percaya diri membuat pernyataan-pernyataan di atas. Ikhtiar, doa dan tawakal. Begitu rumus seorang muslim dalam menjalani hidup. Bukan hanya doa lalu tawakal. Bersyukur, Umar radhiallahu anhu tak hadir saat ini. Wallahua'lam bishshowab. Copas fb ib syuhada


Komentar